Sabtu, 04 Januari 2014

Makalah Plebitis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pembuluh darah terbagi menjadi arteri dan vena. Arteri adalah Pembuluh darah yang berperan sebagai transportasi sel – sel darah yang mengandung oksigen ( darah bersih ) dari jantung menuju jaringan tubuh. Diameter arteri bervariasi mulai dari  yang paling besar yaitu aorta (± 20 mm) sampai  ke cabang-cabang yang paling kecil, yaitu arteriol  (± 0,2 mm).
Vena  adalah darah dari kapiler berdifusi ke dalam vena-vena  kecil yang disebut venula  Venula memiliki  diameter ± 0,2 mm. Selanjutnya darah masuk ke dalam vena  yang memiliki diameter lebih besar dan  mengalir menuju  jantung kanan. Dari jantung kanan melalui arteri  pulmonalis darah menuju paru – paru,  terjadi pertukaran antara darah yang mengandung karbondioksida dengan  darah yang mengandung oksigen. vena paling besar ialah vena kava superior dan vena kava inferior yang Memiliki diameter ±  20 mm. Dinding vena juga tersusun dari tiga macam jaringan, tetapi jaringan otot sangat tipis sehingga secara keseluruhan dinding vena lebih tipis dan kurang kenyal  dibandingkan dengan dinding arteri.
Pengaruh kontraksi jantung terhadap aliran darah vena sangat kecil sehingga aliran di dalam vena sebagian  besar disebabkan oleh kontraksi otot-otot di sekitarnya yang dibantu oleh katup-katup pencegah arus balik di sepanjang pembuluh. Pembuluh darah vena merupakan tempat dalam pemberian cairan infus dan sering kali dalam pemberian infus terjadi suatu akibat berupa peradangan vena atau plebitis. Plebitis sebagai salah satu permasalahan yang penting dibahas di samping itu plebitis juga sering ditemukan dalam proses keperawatan.


B.     Rumusan masalah
1.      Apa definisi dari Plebitis?
2.      Bagaimana anatomi pembuluh darah vena?
3.      Bagaimana patofisiologi dari Plebitis?
4.      Apa saja penyebab dari Plebitis?
5.      Apa saja tanda atau gejala dari Plebitis?

C.     Tujuan
Agar pembaca mengetahui definisi, anatomi, patofisiologi, penyebab dan gejala dari plebitis.

D.    Manfaat
Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga seluruh mahasiswa Teknik Kardiovaskular bagi mahasiswa semester 3.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Plebitis adalah iritasi vena oleh alat IV, obat-obatan, atau infeksi yang ditandai dengan kemerahan, bengkak, nyeri tekan pada sisi IV.(Weinstein, 2001). Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. (La Rocca, 1998). Plebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi tromboplebitis, perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika trombus terlepas kemudian diangkut dalam aliran darah dan masuk jantung maka dapat menimbulkan seperti katup bola yang bisa menyumbat atrioventrikular secara mendadak dan menimbulkan kematian. (Sylvia, 1995). Phlebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh responden yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3×24 jam (Darmadi, 2008).
Menurut Infusion Nurses Society (INS) (2006) phlebitis merupakan peradangan pada tunika intima pembuluh darah vena, yang sering dilaporkan sebagai komplikasi pemberian terapi infus. Peradangan didapatkan dari mekanisme iritasi yang terjadi pada endhothelium tunika intima vena, dan perlekatan tombosit pada area tersebut. Phlebitis didefinisikan sebagai peradangan pada dinding pembuluh darah balik atau vena (Setio & Rohani, 2010).



B.     Anatomi
           
            Gambar 2.1 lapisan pada pembuluh darah
Pembuluh darah kecuali terdiri atas tiga lapisan yaitu :
1.      Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel dan berhubungan dgn darah.
2.      Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
3.      Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang berguna menguatkan dinding arteri

                        Gambar 2.2 pembuluh darah vena di seluruh tubuh

Gambar 2.3 pembuluh vena bagian kepala

·         Vena yang ada di kepala seperti v.fasialis sebagian akan bermuara pada v.jugularis interna.
·         V temporalis superfisial  akan bermuara  pada v.jugularis eksterna.
·         v.jugularis eksterna dan  interna akan bermuara pada v.subclavia, di mana v.subclavia akan beranastomosis dengan v.jugularis interna membentuk v.brachiocephalica. Terdapat dua v.brachiocephalica, masing-masing dextra dan sinistra. Keduanya akan menyatu sebagai v.cava superior.

            kaki.png
Gambar 2.4 pembuluh vena pada extremitas atas dan bawah


Vena Ekstermitas Atas
·         Vena-vena yang ada di tangan, seperti v.intercapitular, v.digiti palmaris dan v.metacarpal dorsalis akan bermuara pada v.cephalica dan v.basilica di lengan bawah.
·         Dari distal ke proksimal, kedua vena ini akan mengalami percabangan dan penyatuan membentuk v.mediana cephalica, v.mediana basilica, v.mediana cubiti, v.mediana profunda dan v. mediana antebrachii
·         sebelum mencapai regio cubiti. Setelah regio cubiti, vena-vena tersebut kembali membentuk v.cephalica dan v.basilica. V.basilica akan bersatu dengan v.brachialis (yang merupakan pertemuan v.radialis dan v.ulnaris) membentuk v.aksilaris di mana nantinya v.cephalica juga akan menyatu dengannya (v.aksilaris).
·         V.aksilaris akan terus berjalan menuju jantung sebagai v.subclavia lalu beranastomosis dengan v.jugularis interna dan eksterna (dari kepala) membentuk v.brachiocephalica untuk selanjutnya masuk ke atrium dextra sebagai vena cava superior.

Vena Ekstermitas Bawah
·         Arcus vena dorsalis yang berada di daerah dorsum pedis akan naik melalui v.saphena magna di bagian anterior medial tungkai bawah.
·         V.tibialis anterior dan v.tibialis posterior  juga bermuara pada v.poplitea.
·         V.saphena magna tersebut akan bermuara di v.femoralis. Sedangkan v.saphena parva yang berasal dari bagian posterior tungkai bawah akan bermuara pada v.poplitea dan berakhir di v.femoralis.

C.     Patofisiologi
Di dalam proses pembentukan plebitis terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, dimana protein dan cairan masuk ke dalam intertisial. Selanjutnya jaringan yang mengalami trauma teriritasi secara mekanik, kimia, dan bakteri. Sistem imun menyebabkan leukosit berkumpul pada bagian yang terinflamasi. Saat leukosit dilepaskan, pirogen juga merangsang sum-sum untuk melepaskan leukosit dalam jumlah besar. Kemerahan dan ketegangan meningkat pada tahap plebitis.
D.    Penyebab
Pengklasifikasian plebitis menurut (INS, 2006) yaitu plebitis kimia, plebitis mekanik dan plebitis yang disebabkan oleh bacterial. Plebitis dapat diklasifikasikan dalam 3 tipe : bakterial, kimiawi, dan mekanikal (Campbell, 1998).
Chemical phlebitis (Plebitis kimia) dihubungkan dengan bentuk respon yang terjadi pada tunika intima vena dengan bahan kimia yang menyebabkan reaksi peradangan. Reaksi peradangan dapat terjadi akibat dari jenis cairan yang diberikan atau bahan material kateter yang digunakan. Chee dan Tan (2002) yang menegaskan bahwa faktor munculnya phlebitis dapat diakibatkan ketidak cocokan pencampuran obat dalam pembuluh darah. Sementara itu derajat keasaman (pH levels) lebih dari 11 atau kurang dari 4,3 dan pemberian cairan hypertonik (320 mOsm/L) secara signifikan dapat menyebabkan terjadinya phlebitis. Cairan isototonik akan menjadi lebih hiperosmoler apabila ditambah dengan obat, elektrolit maupun nutrisi (INS, 2006).
Hadaway (2006) menerangkan bahwa beberapa cairan bisa dipergunakan dalam menjaga terjadinya cloting akibat bekuan darah pada slang dan jarum infus. Penggunaan cairan yang tepat dapat menghilangkan clot/sumbatan tersebut diantaranya, sodium chloride, heparin flush solution, ethylenediaminetetraacetate dan ethanol. Sementara itu pemberian antikoagulan paling sesuai untuk keadaan deep thrombophlebitis, dimana tindakan pemberian obat harus dipantau dan responden dalam keadaan istirahat total.
Menurut Subekti vena perifer dapat menerima osmolalitas larutan sampai dengan 900 mOsm/L. Semakin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) makin mudah terjadi kerusakan pada dinding vena perifer seperti phlebitis, trombophebitis, dan tromboemboli. Bahan kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietelin (teflon) mempunyai resiko terjadi phlebitis lebih besar dibanding bahan yang terbuat dari silikon atau poliuretan (INS,2006).
Partikel materi yang terbentuk dari cairan atau campuran obat yang tidak sempurna diduga juga bisa menyebabkan resiko terjadinya phlebitis. Penggunaan filter dengan ukuran 1 sampai dengan 5 mikron pada infus set, akan menurunkan atau meminimalkan resiko phlebitis akibat partikel materi yang terbentuk tersebut (Darmawan, 2008).
Plebitis mekanikal sering dihubungkan dengan pemasangan atau penempatan katheter IV. Penempatan katheter pada area fleksi lebih sering menimbulkan kejadian phlebitis, oleh karena pada saat ekstremitas digerakkan katheter yang terpasang ikut bergerak dan meyebabkan trauma pada dinding vena. Penggunaan ukuran katheter yang besar pada vena yang kecil juga dapat mengiritasi dinding vena. (The Centers for Disease Control and Prevention, 2002).
Pltebitis bakteri faktor- faktor yang berkontribusi meliputi: teknik pencucian tangan yang kurang baik, kegagalan pemeriksaan peralatan yang rusak, teknik aseptik yang tidak baik, kanula di pasang terlalu lama, dan tempat suntik jarang di infeksi visual.

E.     Gejala
Gejala yang terjadi pada plebitis yaitu nyeri yang terlokalisasi, pembengkakan, kulit kemerahan timbul dengan cepat di atas vena, pada saat diraba terasa hangat, panas suhu tubuh cukup tinggi.


BAB III
KESIMPULAN
1.      Plebitis adalah suatu peradangan pada pembuluh darah vena yang di sebabkan karena iritasi kimia, mekanik dan bakteri.
2.      Plebitis di sertai dengan gejala nyeri yang terlokalisasi, pembengkakan, kulit kemerahan timbul dengan cepat di atas vena, pada saat diraba terasa hangat, panas suhu tubuh cukup tinggi.
           




ECHOCARDIOGRAPHY

Echocardiography adalah :
Adalah suatu alat Ultrasonografi untuk memeriksa jantung dengan penampilan gerakan – gerakan jantung dalam monitor.
Jenis-jenis pemeriksaan apa saja yang dapat dideteksi dengan Echo- cardiography?
Trans Thoracal Echocardiography (TTE)
Adalah standar Echocardiography, tidak nyeri, tanpa efek radiasi, transduser diletakkan pada dada dengan sedikit pelumas (gel)
Trans Esophageal Echocardiography (TEE)
Adalah pemeriksaan jantung, menggunakan alat transduser masuk melalui tenggorokan menuju esophagus (saluran cernaa atas yang terletak dekat dengan jantung), sehingga penampilan bagian-bagian tertentu jantung akan lebih jelas.
Stress Echocardiography
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gerakan otot-otot jantung lebih akurat  dengan menggunakan alat treadmill atau memasukkan obat untuk menstimulasi gerakan otot-otot jantung.
Siapa saja yang dapat diperiksa dengan alat Echocardiography?
Selain orang dewasa, bayi dan anak–anak juga dapat diperiksa dengan alat ini.
Berapa lama pemeriksaan berlangsung?
Untuk pemeriksaan standar Trans Thoracal Echo (TTE) berlangsung lebih kurang 15 sampai 20 menit. Sedangkan pemeriksaan khusus lain- nya seperti Trans Esophageal Echo (TEE) berkisar 10 sampai 30 menit dan untuk Stress Echo berkisar 1 jam.
Mengenal Pemeriksaan Echocardiography
Pemeriksaan yang mempunyai tingkat akurasi atau ketepatan yang cukup tinggi dalam bidang diagnostik penyakit jantung adalah dengan Echocardiography. (ekokardiografi).
Pemeriksaan dengan Echocardiography merupakan suatu pemeriksaan yang mutlak harus dilakukan pada penderita penyakit jantung (pasien diduga terkena penyakit jantung), baik pada anak2 maupun pada orang dewasa. Rasanya tidak lengkap bila seorang penderita penyakit jantung belum dilakukan pemeriksaan Echocardiography. Pemeriksaan Echocardiography biasanya dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan klinis yang seksama dan pemeriksaan EKG, treadmil atau foto rontgen.
Saat ini Echocardiography sudah merupakan pemeriksaan yang hampir rutin dikerjakan pada setiap pasien penderita penjakit jantung.
Echocardiography itu sebenarnya apa dan berfungsi sebagaimana ?
Echocardiography adalah salah satu teknik pemeriksaan diagnostik yang menggunakan gelombang suara dengan frekwensi tinggi untuk memvisualisasikan gambaran struktur dan fungsi jantung dilayar monitor.
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga secara tehnis relatif lebih mudah dilakukan terhadap bayi, anak2 dan orang dewasa. Pemeriksaan ini dapat mendekteksi gerakan otot-otot jantung baik yang normal maupun yang abnormal seperti pada keadaan akibat serangan jantung. Pada anak2  dengan penyakit jantung bawaan. Echocardiography akan dapat mengindentifikasi berbagai kelain struktrur jantung termasuk kelainan katup dan beberapa kebocoran (defek) di sekat sekat jantung. Keluar masuk pembuluh darah baik yang normal maupun abnormal dapat tervisualisasi dengan baik. Walaupun demikian pada kelain bawaan yang kompleks sekali dan sulit, tidak jarang masih diperlukan pemeriksaan katerisasi jantung sebelum dilakukan tindakan.
Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan Echocardiography jika ditemukan gejala dan penyakit jantung. Pada orang dewasa umumnya bila ada gejala sakit dada (chest pain), sesak nafas dan tanda-tanda gagal jantung. Bayi dan anak2 yang dicurigai menderita penyakit jantung bawaan seperti PDA, VSD, ASD, TOF dan lain-lain atau penyakit jantung didapat seperti reumatik dan penyakit Kawasaki serta kardiomiopati mutlak memerlukan pemeriksaan Echocardiography. anak-anak yang mendapat pengobatan suntikan anti kanker (sitostatika) sebaiknya diperiksa Echocardiography terlebih dahulu sebelum dimulai dosis awal untuk mengevaluasi seandainya nanti terjadi efek samping obat-obat sitostatika yang dapat merusak otot-otot jantung.
Echocardiography dapat memberikan informasi tentang hal-hal sebagai berikut :
·         Pembesaran jantung(kardiomegali) yang dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi, kebocoran katup jantung atau gagal jantung.
·         Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat memompa darah dengan sempurna. Kelemahan otot jantung dapat terjadi akibat tidak memperoleh aliran darah dengan baik karena penyakit jantung koroner.
·         Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit jantung bawaan seperti pada kebocoran sekat-sekat jantung.(VSD,ASD) kelainan katup dan pembuluh darah besar serta berbagai kelainan yang telah ditemukan sejak janin dalam kandungan.
·         Evaluasi atau pemantauan selama dilakukan tindakan operasi jantung atau selama prosedur intevensi.
·         Adanya tumor di dalam jantung atau gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke.
·         Ditemukan bising jantung (murmur) baik pada anak maupun orang dewasa.
·         Pada demam rematik dan penjakit jantung rematik.
Bagaimana dilakukannya pemeriksaan Echocardiography ?
*      Pasien biasanya berbaring dengan tenang ditempat tidur, namun pada bayi sebaiknya dalam pangkuan ibunya.
*      Dokter atau teknisi Echocardiography menggunakan Jelly yang diletakkan diujung ‘probe’ dengan gelombang suara frekwensi tinggi untuk memperoleh visualisasi gambaran struktur jantung termasuk katup jantung. Pemeriksaan ini tidak menggunakan sinar-X.
*      Sambil dilakukan pemeriksaan pasien dapat melihat atau menyaksikan di layar monitor dan pemeriksa dapat memberi penjelasan singkat.
Secara umum ada 4 jenis Ecocardiography yang sering dilakukan yakni :
1. Transthoracal Echocardiography (TTE)
Merupakan salah satu jenis Echocardiography yang paling sering dilakukan. Tidak terasa sakit. alat transduser diletakan dibeberapa tempat tertentu diatass dinding dada dengan mengirimkan gelombang suara yang dikonversi oleh komputer menjadi gambar yang terlihat digambar monitor.
2. Transsesophageal Echocardiography (TEE)
Digunakan untuk melihat secara teliti struktur yang lebih dalam seperti aorta dan septum atrium atau katup-katup jantung pada saat operasi atau pada saat dilakukan tindakan intervensi penutupan ASD atau VSD. Transduser dimasukan dan didorong melalui mulut kemudian sampai ke oesophagus. Oleh karena berada pada posisi yang cukup dekat kejantung maka gambaran yang terlihat akan lebih jelas dan akurat dibandingkan dengan hasil TTE.
3. Fedal Echocargraphy (janin)
Pemeriksaan ini dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai janin dengan resiko atau dicurigai menderita penyakit jantung bawaan.Biasanya dapat dilakukan mulai kehamilan 18 – 22 minggu.

4. Stress Echocargraphy
Pemeriksaan ini dilakukan dengan exercise atau makan obat untuk meningkatkan fungsi dan denyut jantung. Beberapa kelainan atau penyakit jantung koroner lebih mudah didiagnosis dengan teknik ini.


Pemeriksaan Echocardiography transtorakal atau Echocardiography janin sama sekali tidak ada risiko apa-apa. Namun pada Echocardiography trassesofageal kadang-kadang sedikit mual dan sedikit sulit bernafas sementara namun dapat diatasi dengan pemberian obat. Stress Echocardiography kadang-kadang terjadi efek samping obat-obatan yang digunakan seperti denyut jantung yang bertambah cepat. umumnya tidak ada komplikasi yang serius.

Diagnostik Non Infasif


Terdiri dari :  - Echo Kardiografi
                    - Treadmill test
                    - Holter dan  Blood Presure
                    - EKG
                    
                  
Treadmill test
Pengertian :
Treadmill test adalah uji latih jantung beban dengan cara memberikan stress fisiologis yang dapat menyebabkan abnolmalitas kardiovaskuler yang tidak ditemukan pada saat istirahat.

Dasar dasar fisiologi :
Dasar fisiologi ULJB adalah latihan dinamik . Akibat latihan dinamik suplai darah ke otot gerak akan meningkat sesuai dengan kebutuhan metabolisme yang terjadi , disanping upaya untuk mempertahankan suplai darah ke organ vital seperti otak dan jantung.

Apabila terjadi pengurangan suplai darah ke organ vital seperti jantung akan mengakibatkan perubahan pada rekaman listrik jantung (EKG), akan terlihat perubahab segmen ST berupa ST depresi atau ST elevasi .

 Indikasi :
1.     Untuk menegakkan diagnosa PJK.
2.     Untuk mengevaluasi keluhan nyeri dada , sesak dll.
3.     Untuk mengevaluasi adanya disritmia.
4.     Untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
5.     Untuk mengevaluasi kapasitas kemampuan fungsional
Kontra indikasi :
1.     Infark miokard akut < 5 hari.
2.     unstable angina pectoris ( UAP )
3.     Hipertensi berat.
4.     Arimia yang berarti.
5.     Sesak.
6.     Vertigo.
Metode (  protokol ) yang di pakai sampai saat ini ada 2 macam :
1.     Protokol  Bruce
2.     Protokol Modifikasi Bruce.


Holter
  
Pengertian :
Holter adalah alat EKG ambulatory dengan tujuan merekam aktivitas listrik jantung selam 24 jam / 48 jam .

Indikasi :
1.     Analisa aritmia dengan keluhan :
a.     Synope
b.     Near Syncope 
c.      Palpitasi
d.     Sleep Apnea
e.      Sering pusing .
2.     Evaluasi fungsi Pace maker .
3.     Evaluasi obat-obatan misalnya obat anti aritmia
4.     Pre OP dan Post OP pada operasi jantung
5.     Pasien dengan hemodialisis: cuci darah
6.     Kasus Neurologi, di mana dicurigai adanya transient AF/Flutter misalnya pada stroke
7.     Pada penyakit-penyakit jantung, di mana dicurigai adanya aritmia, misalnya pada Mitral Regurgitasi, Aortic Valve Prosthesis
8.     Analisa iskemia miokard pada pasien yang tidak dapat dilakukan treadmill test (misalnya tidak mampu berjalan) dengan keluhan napas pendek, sakit dada, cepat lelah.


Ambulatory Blood Presure Monitoring ( ABPM )

Pengertian:
ABPM adalah suatu alat ambulatory dengan tujuan merekam Blood Presure selama 24 jam.

Indikasi :
1.     Hipertensi
2.     White Cost Hypertension .
3.     Evaluasi obat.
Elektrokardiografi

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung . Sedangkan elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat di catat dan di rekam melalui elektrode yang di pasang pada permukaan tubuh.

EKG sangat berguna dalam membantu menegakkan diagnosa penyakit jantung seperti :
1.     Gangguan irama jantung ( disritmia )
2.     Iskemia
3.     Hipertrofi
4.     Infark Miokard.

Sandapan EKG
Terdapat 2 jenis sandapan ( lead ) pada EKG antara lain :
1.     Sandapan bipolar :
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode yang ditandai dengan
Sandapan I yaitu antara tangan kanan ( RA ) dengan tangan kiri ( LA ).
Sandapan II yaitu antara tangan kanan ( RA ) dengan kaki kiri ( LL )
Sandapan III yaitu antara tangan kiri ( LA ) denagn kaki kiri ( LL )
2.     Sandapan Unipolar
Sandapan unipolar terdiri dari :
a.     Ekstremitas :
1)    Sandapan AVR  yaitu merekam listrik tangan kanan diman tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektrode indeferen.
2)    Sandapan AVL yaitu merekam potensial listrik tangan kiri dimana tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektrode indeferen.
3)    Sandapan AVF yaitu merekam potensial listrik pada kaki kiri dimana tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektrode indeferen.
b.    Prekordial : Sandapan 
V1 : interkostal IV sternal kanan
              V2 : interkostal IV sternal kiri
              V3 : pertengahan antara V2 dan V4
              V4 : interkostal V garis midklavikula kiri
              V5 : sejajar V4 garis aksila depan
              V6 : sejajar V4 garis aksila tengah .