BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pembuluh darah terbagi menjadi arteri
dan vena. Arteri adalah
Pembuluh darah yang berperan
sebagai transportasi sel – sel darah
yang mengandung oksigen ( darah bersih ) dari jantung menuju jaringan tubuh. Diameter arteri bervariasi mulai
dari yang paling besar yaitu aorta (± 20 mm) sampai ke
cabang-cabang yang paling kecil, yaitu arteriol (± 0,2 mm).
Vena
adalah darah dari kapiler berdifusi ke dalam vena-vena kecil
yang disebut venula
Venula
memiliki diameter ± 0,2 mm. Selanjutnya
darah masuk ke dalam vena yang memiliki diameter lebih besar
dan mengalir menuju jantung kanan. Dari
jantung kanan melalui
arteri pulmonalis
darah menuju paru – paru, terjadi pertukaran
antara darah yang mengandung karbondioksida
dengan darah yang mengandung oksigen. vena paling besar ialah vena kava superior dan vena kava
inferior yang Memiliki diameter ± 20 mm.
Dinding
vena juga tersusun dari tiga macam jaringan, tetapi jaringan otot sangat tipis
sehingga secara keseluruhan
dinding vena lebih tipis dan kurang kenyal dibandingkan dengan
dinding arteri.
Pengaruh kontraksi jantung terhadap aliran darah vena sangat
kecil sehingga aliran di dalam vena sebagian besar
disebabkan oleh kontraksi otot-otot di sekitarnya yang dibantu oleh katup-katup
pencegah arus balik di sepanjang pembuluh. Pembuluh darah vena merupakan tempat
dalam pemberian cairan infus dan sering kali dalam pemberian infus terjadi
suatu akibat berupa peradangan vena atau plebitis. Plebitis sebagai salah satu
permasalahan yang penting dibahas di samping itu plebitis juga sering ditemukan
dalam proses keperawatan.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa definisi dari Plebitis?
2.
Bagaimana anatomi pembuluh darah vena?
3.
Bagaimana patofisiologi dari Plebitis?
4.
Apa saja penyebab dari Plebitis?
5.
Apa saja tanda atau gejala dari Plebitis?
C.
Tujuan
Agar pembaca
mengetahui definisi, anatomi, patofisiologi, penyebab dan gejala dari plebitis.
D.
Manfaat
Penulis mengharapkan
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga seluruh mahasiswa
Teknik Kardiovaskular bagi mahasiswa semester 3.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Plebitis
adalah iritasi vena oleh alat IV, obat-obatan, atau infeksi yang ditandai
dengan kemerahan, bengkak, nyeri tekan pada sisi IV.(Weinstein, 2001). Plebitis
merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik
yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. (La Rocca, 1998).
Plebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi tromboplebitis,
perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika trombus
terlepas kemudian diangkut dalam aliran darah dan masuk jantung maka dapat
menimbulkan seperti katup bola yang bisa menyumbat atrioventrikular secara
mendadak dan menimbulkan kematian. (Sylvia, 1995). Phlebitis merupakan infeksi
nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh responden yang
diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang
muncul sekurang-kurangnya 3×24 jam (Darmadi, 2008).
Menurut Infusion
Nurses Society (INS) (2006) phlebitis merupakan peradangan pada tunika
intima pembuluh darah vena, yang sering dilaporkan sebagai komplikasi pemberian
terapi infus. Peradangan didapatkan dari mekanisme iritasi yang terjadi pada
endhothelium tunika intima vena, dan perlekatan tombosit pada area tersebut.
Phlebitis didefinisikan sebagai peradangan pada dinding pembuluh darah balik
atau vena (Setio & Rohani, 2010).
B.
Anatomi
Gambar 2.1 lapisan pada pembuluh
darah
Pembuluh darah kecuali terdiri atas tiga lapisan
yaitu :
1. Tunika
intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel dan berhubungan
dgn darah.
2. Tunika
media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan
termasuk otot polos.
3. Tunika
adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang berguna
menguatkan dinding arteri
Gambar 2.2 pembuluh darah vena di seluruh
tubuh
Gambar
2.3 pembuluh vena bagian kepala
·
Vena yang ada di kepala seperti v.fasialis sebagian akan bermuara pada
v.jugularis interna.
·
V temporalis superfisial akan bermuara
pada v.jugularis eksterna.
·
v.jugularis eksterna dan interna akan bermuara pada v.subclavia, di mana v.subclavia akan
beranastomosis dengan v.jugularis interna membentuk v.brachiocephalica. Terdapat dua v.brachiocephalica, masing-masing
dextra dan sinistra. Keduanya akan menyatu sebagai v.cava superior.
Gambar
2.4 pembuluh vena pada extremitas atas dan bawah
Vena
Ekstermitas Atas
·
Vena-vena yang ada di tangan, seperti v.intercapitular, v.digiti palmaris
dan v.metacarpal dorsalis akan
bermuara pada v.cephalica dan v.basilica di lengan bawah.
·
Dari distal ke proksimal, kedua vena ini akan
mengalami percabangan dan penyatuan membentuk v.mediana cephalica, v.mediana basilica, v.mediana cubiti, v.mediana
profunda dan v. mediana
antebrachii
·
sebelum mencapai regio cubiti. Setelah regio
cubiti, vena-vena tersebut kembali membentuk v.cephalica dan v.basilica.
V.basilica akan bersatu dengan v.brachialis
(yang merupakan pertemuan v.radialis
dan v.ulnaris) membentuk v.aksilaris di mana nantinya
v.cephalica juga akan menyatu dengannya (v.aksilaris).
·
V.aksilaris akan terus berjalan menuju jantung
sebagai v.subclavia lalu beranastomosis dengan v.jugularis interna dan eksterna
(dari kepala) membentuk v.brachiocephalica
untuk selanjutnya masuk ke atrium dextra sebagai vena cava superior.
Vena
Ekstermitas Bawah
·
Arcus
vena dorsalis yang berada di daerah dorsum pedis akan naik melalui v.saphena magna di bagian anterior
medial tungkai bawah.
·
V.tibialis
anterior dan v.tibialis
posterior juga bermuara pada v.poplitea.
·
V.saphena magna tersebut akan bermuara di v.femoralis. Sedangkan v.saphena parva yang berasal dari
bagian posterior tungkai bawah akan bermuara pada v.poplitea dan berakhir di v.femoralis.
C.
Patofisiologi
Di dalam proses pembentukan plebitis
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, dimana protein dan cairan masuk ke
dalam intertisial. Selanjutnya jaringan yang mengalami trauma teriritasi secara
mekanik, kimia, dan bakteri. Sistem imun menyebabkan leukosit berkumpul pada
bagian yang terinflamasi. Saat leukosit dilepaskan, pirogen juga merangsang
sum-sum untuk melepaskan leukosit dalam jumlah besar. Kemerahan dan ketegangan
meningkat pada tahap plebitis.
D.
Penyebab
Pengklasifikasian
plebitis menurut (INS, 2006) yaitu plebitis kimia, plebitis mekanik dan plebitis
yang disebabkan oleh bacterial. Plebitis dapat diklasifikasikan dalam 3 tipe :
bakterial, kimiawi, dan mekanikal (Campbell, 1998).
Chemical
phlebitis (Plebitis kimia) dihubungkan dengan bentuk respon yang terjadi
pada tunika intima vena dengan bahan kimia yang menyebabkan reaksi peradangan.
Reaksi peradangan dapat terjadi akibat dari jenis cairan yang diberikan atau
bahan material kateter yang digunakan. Chee dan Tan (2002) yang menegaskan
bahwa faktor munculnya phlebitis dapat diakibatkan ketidak cocokan pencampuran
obat dalam pembuluh darah. Sementara itu derajat keasaman (pH levels) lebih
dari 11 atau kurang dari 4,3 dan pemberian cairan hypertonik (320 mOsm/L)
secara signifikan dapat menyebabkan terjadinya phlebitis. Cairan isototonik
akan menjadi lebih hiperosmoler apabila ditambah dengan obat, elektrolit maupun
nutrisi (INS, 2006).
Hadaway (2006)
menerangkan bahwa beberapa cairan bisa dipergunakan dalam menjaga terjadinya
cloting akibat bekuan darah pada slang dan jarum infus. Penggunaan cairan yang
tepat dapat menghilangkan clot/sumbatan tersebut diantaranya, sodium chloride,
heparin flush solution, ethylenediaminetetraacetate dan ethanol. Sementara itu
pemberian antikoagulan paling sesuai untuk keadaan deep thrombophlebitis,
dimana tindakan pemberian obat harus dipantau dan responden dalam keadaan
istirahat total.
Menurut Subekti
vena perifer dapat menerima osmolalitas larutan sampai dengan 900 mOsm/L.
Semakin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) makin mudah terjadi kerusakan
pada dinding vena perifer seperti phlebitis, trombophebitis, dan tromboemboli.
Bahan kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietelin (teflon)
mempunyai resiko terjadi phlebitis lebih besar dibanding bahan yang terbuat
dari silikon atau poliuretan (INS,2006).
Partikel materi
yang terbentuk dari cairan atau campuran obat yang tidak sempurna diduga juga
bisa menyebabkan resiko terjadinya phlebitis. Penggunaan filter dengan ukuran 1
sampai dengan 5 mikron pada infus set, akan menurunkan atau meminimalkan resiko
phlebitis akibat partikel materi yang terbentuk tersebut (Darmawan, 2008).
Plebitis mekanikal
sering dihubungkan dengan pemasangan atau penempatan katheter IV. Penempatan
katheter pada area fleksi lebih sering menimbulkan kejadian phlebitis, oleh
karena pada saat ekstremitas digerakkan katheter yang terpasang ikut bergerak
dan meyebabkan trauma pada dinding vena. Penggunaan ukuran katheter yang besar
pada vena yang kecil juga dapat mengiritasi dinding vena. (The Centers for
Disease Control and Prevention, 2002).
Pltebitis bakteri
faktor- faktor yang berkontribusi meliputi: teknik pencucian tangan yang kurang
baik, kegagalan pemeriksaan peralatan yang rusak, teknik aseptik yang tidak
baik, kanula di pasang terlalu lama, dan tempat suntik jarang di infeksi
visual.
E.
Gejala
Gejala yang terjadi
pada plebitis yaitu nyeri yang terlokalisasi, pembengkakan, kulit kemerahan
timbul dengan cepat di atas vena, pada saat diraba terasa hangat, panas suhu
tubuh cukup tinggi.
BAB
III
KESIMPULAN
1.
Plebitis adalah suatu peradangan pada pembuluh darah
vena yang di sebabkan karena iritasi kimia, mekanik dan bakteri.
2.
Plebitis di sertai dengan gejala nyeri yang
terlokalisasi, pembengkakan, kulit kemerahan timbul dengan cepat di atas vena,
pada saat diraba terasa hangat, panas suhu tubuh cukup tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar